Manusia adalah mahluk sosial, dimana saling membutuhkan satu sama
lain. Melalui komunikasi manusia saling membutuhkan, saling berbagi pengalaman,
curhat juga bercerita. Di era modern sekarang ini semuanya sudah serba instan
dalam melakukan kegiatan sosial seperti yang di gambarkan di atas. dengan
adanya berbagai aplikasi di dalam smartphone seperti Facebook, Whatsapp, BBM,
Line, Snapchat, Instagram, dll. Semua aktifitas sosial bisa dilakukannya hanya
melalui Handphone.
Sehingga semua kegiatan dari mulai keperluan kantor, sekolah,
teman, komunitas dll terhimpun didalam satu grup didalam salah satu aplikasi
diatas. Sehingga mengakibatkan menomersatukan Handphone, kemana2 bawa Hp, hidup
susah kalo tidak punya Smartphone. Bahkan rela kredit untuk bisa punya hp smartphone,
karena takut dibilang kudet alias kurang uptodate.
Selain itu juga faktor lainnya adalah banyak orang yang autis alias
sibuk sendiri. Saat kumpul dengan teman, keluarga atau sahabat semua sibuk
dengan smartphone mengecek berapa banyak like atau love nya. Hal ini bisa
mengakibatkan apatisme yang akut. Tidak peka terhadap keadaan sekitar, yang
dipikirkan hanyalah diri sendiri.
Keadaan ini sangat di manfaatkan oleh orang barat untuk terus
berpacu dalam mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa menguasai
dunia. Dan kita hanya akan semakin tertinggal. Kita hanya sibuk membaca status
daripada merubah status dengan banyak membaca dan memperbaiki diri.
Dan saat ini pula lagi viralnya nikah muda, update undangan di
facebook, update kemesraan dengan pasangan dengan Caption #Alhamdulillah sudah
halal 100%. Padahal esensi pernikahan yang senyatanya adalah peningkatan
ketakwaan kepada Allah, dengan adanya pendamping hidup. Bukan untuk
manas-manasin yang sedang berusaha mendapatkan jodohnya. Memang tidak salah
namun sepantasnya jangan umbar-umbar kemesraan ke publik walaupun sudah halal.
Siapa sih yang gak mau nikah muda. Pasti setiap pemuda maupun pemudi ingin
nikah muda, namun karena beberapa faktor seperti salahsatunya yang paling
signifikan adalah faktor ekonomi.
Jika anda yang di takdirkan oleh Allah saat ini bisa melaksanakan
nikah muda bersyukurlah, dan do’akan bagi yang masih solo karir untuk segera
menikah. Dan bisa di bayangkan jika saat ini sedang ramai-ramainya nikah antara
angkatan 90-95 sehingga ramai sekali di status-status atau beranda postingan di
plaminan, kemesraan dengan pasangan, foto anak dll. Bisa dibayangkan mungkin
kelak 40-60 tahun kedepan kita stalker di fb siapa aja ya temen angkatan yang
masih pada hidup.
Intinya bijaklah dalam mengunakan media sosial, jangan berlebihan,
ingat hidup tidak hanya di dunia maya tetapi di dunia nyata. Dan hidup tidak
hanya di dunia tapi ada akhirat yang menanti. Sangat salah orang yang bilang
hidup cuman satukali, oleh karenanya puas-puasin aja. Hanya orang2 atheis lah
yang pantas bilang kaya gitu.
Hilangkan kecanduan dengan
Smartphone, coba sesekali agendakan sehari tanpa hp, diganti dengan ngobrol
dengan orangtua, adek, kakak atau tetangga. Kembalikan kehangatan bersama dalam
canda dan tawa, bukan dengan canda tawa dibalik emoticon. Jangan habiskan waktu
hanya melihat berapa banya love kita, berapa banya likers kita, semuanya hanya
fatamorgana dibalik kuota.
Betapa sedihnya hati ketika permainan yang dulu kita mainkan, tidak
muncul lagi saat ini, main karet, gerobak sorong, saoper, kobak, ular tangga,
monopoli, galah, sasaungan, pasak-pasakan, berbi-berbian, main kelereng, dan
lain sebagainya. Semuanya hilang, itu tandanya kita gagal meregenerasi kepada
adik2 kita.
Namun apalah daya, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada
Steve Jobs, Mark Juckerberg dll, saya hanya bisa menulis ini sebagai ungkapan
perasaan saya melihat realita saat ini, dan anda hanya bisa membaca sesudah itu
terharu dan akhirnya melupakan tulisan ini dan kembali beraktifitas seperti
biasanya.
Ya sekian saja semoga bisa mengambil hikmah dan manfaat dalam
artikel ini. Mohon maaf jika ada salah ketik dan yang tersinggung. Karena
kebenaran hanya milik Allah SWT. Atas kehendaknyalah keadaan sekarang seperti
ini, dan semuanya telah tertulis di Lauhul mahfudz.