Wasiat Seorang Ibu pada Putrinya
Tatkala al-Harits bin Amr, Raja Kanda, mengawini putri Auf bin
Mahlam asy-Syaibini, dan masyarakat ingin memboyong ke rumah suaminya, ibu
putri Auf bin Mahlam asy-Syaibani berpesan kepadanya, “Wahai ananda, seandainya
wasiat kebaikan itu kalau ditinggalkan berarti etika, pasti aku tinggalkan dia
darimu. Namun, ia adalah pengingat bagi yang lalai dan memebantu bagi yang
ingat. Seandainya seorang istri tidak butuh pada suaminya disebabkan kekayaan
orang tuanya atau karena orang tuanya sangat memerlukan nya, maka aku adalah
orang yang paling tidak membutuhkan suami. Namun, wanita diciptakan untuk
lelaki dan lelaki diciptakan untuk wanita. Anaku, engkau kan meninggalkan
suasana yang engkau keluar darinya dan sarang yang disitu kau menetas menuju
sarang yang belum engkau kenal dan pasangan yang kau belum terbiasa dengannya,
yang dengan penguasaannya terhadapmu dia menjadi pengawas dan pemilik. Maka,
jadikanlah dirimu budak wanitanya, pasti dia menjadi budakmu.
Wahai
putriku, peganglah sepuluh sikap dariku yang akan menjadi modal dan ingatan
bagimu. Pertemanan disertai sikap menerima apa adanya. Pergaulan dengan sikap
mendengar dan menurut. Selalu memperhatikan sikap pandangannya. Selalu meneliti
sasaran penciumannya. Maka, jangan sekali kali dia memandangmu dalam keadaan
buruk dan jangan sekali kali dia mencium darimu kecuali bau yang harum. Celak
(penghitam mata) adalah sebaik-baik make up yang ada. Air adalah
sebaik-baik parfum kalau tidak ada. Selalu memperhatikan waktu makannya.
Menjaga ketenangan disaat tidurnya, karena panasnya lapar adalah pembakar emosi
dan memotong nyenyakan tidur membuat marah. Selalu menjaga harta dengan
perhitungan yang cermat. Peliharalah keluarga dan sanak kerabat dengan
pengaturan yang baik. Jangan menyebarkan rahasianya dan jangan melanggar
perintahnya. Kalau engkau sebarkan rahasianya, engkau takan merasa aman dari
pengkhianatannya. Jangan gembira ketiaka dia sedih dan jangan bersedih ketika
dia bahagia, karena sikap pertama berarti meremehkan dan yang kedua berarti
mengeruhkan.
Jadilah
engkau orang yang paling mengagungkannya, dia pasti sangat menghormatimu.
Semakin engkau menjadi orang yang amat menyelaraskan diri dengnya, engkau pasti
meni orang yang paling lama bersanding dengannya. Ketahuilah, janganlah engkau
memaksakan diri untuk mencapai yang engkau sukai, sehingga engkau mengutamakan
kesukaannya di atas kesukaanmu, dalam hal-hal yang engkau sukai maupun yang
engkau benci. Semoga Allah SWT mengarunikan kebaikan-Nya padamu.”
Maka,
putri Auf bin Mahlam Asy-Syaibani pun diboyong dan diserahkan pada suaminya.
Dia pun tampak agung di hadapan suaminya. Dia melahirkan tujuh orang raja yang
menguasai Yaman sepeninggal suaminya.
Begitulah
wanita-wanita yang mulia itu. Segala restu dan petunjuk itu hanya dengan
karunia Allah Ta’ala saja.
No comments:
Post a Comment