Monday, 26 September 2016

wasiat seorang ibu kepada putri ketika menikah

Wasiat Seorang Ibu pada Putrinya
Tatkala al-Harits bin Amr, Raja Kanda, mengawini putri Auf bin Mahlam asy-Syaibini, dan masyarakat ingin memboyong ke rumah suaminya, ibu putri Auf bin Mahlam asy-Syaibani berpesan kepadanya, “Wahai ananda, seandainya wasiat kebaikan itu kalau ditinggalkan berarti etika, pasti aku tinggalkan dia darimu. Namun, ia adalah pengingat bagi yang lalai dan memebantu bagi yang ingat. Seandainya seorang istri tidak butuh pada suaminya disebabkan kekayaan orang tuanya atau karena orang tuanya sangat memerlukan nya, maka aku adalah orang yang paling tidak membutuhkan suami. Namun, wanita diciptakan untuk lelaki dan lelaki diciptakan untuk wanita. Anaku, engkau kan meninggalkan suasana yang engkau keluar darinya dan sarang yang disitu kau menetas menuju sarang yang belum engkau kenal dan pasangan yang kau belum terbiasa dengannya, yang dengan penguasaannya terhadapmu dia menjadi pengawas dan pemilik. Maka, jadikanlah dirimu budak wanitanya, pasti dia menjadi budakmu.
Wahai putriku, peganglah sepuluh sikap dariku yang akan menjadi modal dan ingatan bagimu. Pertemanan disertai sikap menerima apa adanya. Pergaulan dengan sikap mendengar dan menurut. Selalu memperhatikan sikap pandangannya. Selalu meneliti sasaran penciumannya. Maka, jangan sekali kali dia memandangmu dalam keadaan buruk dan jangan sekali kali dia mencium darimu kecuali bau yang harum. Celak (penghitam mata) adalah sebaik-baik make up yang ada. Air adalah sebaik-baik parfum kalau tidak ada. Selalu memperhatikan waktu makannya. Menjaga ketenangan disaat tidurnya, karena panasnya lapar adalah pembakar emosi dan memotong nyenyakan tidur membuat marah. Selalu menjaga harta dengan perhitungan yang cermat. Peliharalah keluarga dan sanak kerabat dengan pengaturan yang baik. Jangan menyebarkan rahasianya dan jangan melanggar perintahnya. Kalau engkau sebarkan rahasianya, engkau takan merasa aman dari pengkhianatannya. Jangan gembira ketiaka dia sedih dan jangan bersedih ketika dia bahagia, karena sikap pertama berarti meremehkan dan yang kedua berarti mengeruhkan.
Jadilah engkau orang yang paling mengagungkannya, dia pasti sangat menghormatimu. Semakin engkau menjadi orang yang amat menyelaraskan diri dengnya, engkau pasti meni orang yang paling lama bersanding dengannya. Ketahuilah, janganlah engkau memaksakan diri untuk mencapai yang engkau sukai, sehingga engkau mengutamakan kesukaannya di atas kesukaanmu, dalam hal-hal yang engkau sukai maupun yang engkau benci. Semoga Allah SWT mengarunikan kebaikan-Nya padamu.”
Maka, putri Auf bin Mahlam Asy-Syaibani pun diboyong dan diserahkan pada suaminya. Dia pun tampak agung di hadapan suaminya. Dia melahirkan tujuh orang raja yang menguasai Yaman sepeninggal suaminya.
Begitulah wanita-wanita yang mulia itu. Segala restu dan petunjuk itu hanya dengan karunia Allah Ta’ala saja.



No comments:

Post a Comment